Pertama mari
kita rumuskan persepsi, visi, misi weblog sebagai sarana belajar
mengajar. Dari rumusan tersebut akan didapatkan nilai manfaatnya,
tujuannya, dan bahkan isi yang akan dimasukkan.
Kedua ciptakan weblog sebagai kolaborasi, sarana berbagi dan melibatkan seluruh potensi kelas.
Ketiga isilah di dalamnya presentasi
pembelajaran yang interaktif, berilah grafik dan tulisan warna warni
dengan ilustrasi gambar bergerak. Usahakan ada upaya dari siswa mencari
informasi. Menemukan bahan-bahan pembelajaran kemudian diadakan umpan
balik. Dari sini akan muncul kemitraan pemebelajaran.
Keempat weblog
sebagai wadah menampung apa saja hasil karya siswa, prestasi,
uneg-uneg, saran, curhat, kritik pada guru, pada kepala sekolah, pada
orang tua dan Pengalaman pribadi dalam uji coba teori dan lainnya. Dari
upaya ini akan terjadi penampilan hasil belajar secara online.
Apakah
semua pendidik dapat membuat weblog? Ini yang sering ditanyakan saat
dialog tentang weblog untuk pendidik. Seolah-olah kecerdasan yang
dimiliki para pendidik masih belum memadai. Kita sampaikan secara jelas,
bahwa setiap pendidik mampu dan mampu secara optimal menciptakan blog
untuk pendidikan. Menciptakan weblog seperti berbicara di depan kelas
saja. Hanya saja bentuk bicara kita, saat ini kita alihkan dalam bentuk
tulis. Kebiasaan kita menerangkan tanpa konsep, saat ini kita konsep.
Jika kita mengambil materi dari berbagai sumber kemudian anak didik
disuruh mencatat atau kita mendiktekan, maka saat ini anak didik
mengetahu sumber informasi dan materi yang kita ambil. Anak didik kita
tidak perlu mencatat lagi cukup klik ambil materi, membaca, mendalami
kemudian mengkritisinya dengan pertanyaan. Boleh bertanya secara online.
Kenapa tidak?
Apakah
dengan kehadliran sarana belajar dengan weblog akan menganti peran guru
dalam mengajar secara tatap muka? Tentu kita tegaskan di sini, tidak.
Sekali lagi tidak bisa tatap muka pembelajaran diganti dengan weblog
atau teknologi internet. Pembelajaran tatap muka merupakan sarana
komunikasi menanamkan nilai-nilai. Sedangkan weblog ada sumber informasi
nilai. Sumber informasi nilai ini tidak bermakna bila tidak ada
kehadliran secara langsung guru, para pendidik. Siswa mungkin bisa salah
tafsir. Atau mungkin salah pemahaman dan lainnya. Nah kita hanya
meletakkan, bahwa weblog hanya sebagai sumber informasi hasil karya
guru, karya siswa, karya orang tua siswa dan masyarakat secara umum.
Apakah
dengan weblog akan menjadikan anak-anak sekolah kecanduan internet?
Nahhh, inilah delima pendidikan kita. Maksud saja ada delima anak didik
kita. Saat ini setiap anak kita berselayar di depan internet selalu
mencari menu game, gambar-gambar porno, lagu-lagu kesayangannya, gambar
hantu dan segala hal yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan. Justru
kehadiran blog kelas, blog sekolah, blog pribadi anak akan memberi
manfaat untuk mengarakan agar waktu yang dimmanfaat untuk internet
bener-bener waktu untuk belajar. Materi yang dicari terkait dengan
belajar. Jika setiap saat dengan weblog waktu anak sudah tersibukkan,
maka mereka akan melupakan hal-hal yang negatif yang ada di internet.
Bener-bener internet untuk belajar.
Jika
di weblog ditampilkan soal-soal secara online apakah tidak menjadikan
anak-anak bodoh? Karena sudah mengetahu soal ujian terlebih dahulu. Ini
persepsi yang harus didiskusikan. Saat ini contoh soal ujian tahuan lalu
juga sudah dicetak oleh penerbit dan anak-anak juga dapat beli.
Demikian pula soal-soal ujian yang kita publikasikan di weblog seperti
itu. Jadi justru memberi rangsangan anak-anak belajar mengerjakan
soal-soal.
Kalau
saat ini sedang dirintis sekolah bertaraf internasioanl (SBI)
diberbagai daerah, maka sangatlah tepat menyambut kehadliran weblog guna
melengkapi kegagahannya. Maksudnya agar efektif pembelajarannya. Di
daerah kami anak-anak SMP SBI diwajibkan mempunyai laptop, komputer
jinjing. Mereka kemana-mana secara gagah memamerkannya.